Pengkajian
Riwayat penyakit. Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah ABO). Polisitemia, infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM.
Temuan fisik
Ikterus terlihat pada sklera, selaput lendir, kulit berwarna merah tua, urine pekat warna seperti teh, letargi, hipotonus, refleks mengisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan melengking.
Riwayat penyakit. Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah ABO). Polisitemia, infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM.
Temuan fisik
Ikterus terlihat pada sklera, selaput lendir, kulit berwarna merah tua, urine pekat warna seperti teh, letargi, hipotonus, refleks mengisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan melengking.
Laboratorium
Rh darah ibu dan janin berlainan. Kadar bilirubin bayi aterm lebih dari 12,5 mg/dL, prematur lebih 15mg/dL.
Rh darah ibu dan janin berlainan. Kadar bilirubin bayi aterm lebih dari 12,5 mg/dL, prematur lebih 15mg/dL.
Dilakukan tes Comb.
Setelah didapatkan data berdasarkan pengkajian di atas, data tersebut dianalisis. Selanjutnya semua masalah yang ditemukan dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Selanjutnya dibuat rencana untuk mengatasi masalah sesuai diagnosa keperawatan. Setelah intervensi dilakukan, evaluasi untuk menilai sejauh mana keberhasilan intervensi yang dilakukan. Untuk mempermudah pemahaman tahapan asuhan keperawatan (askep) bayi ikterus dimulai dari diagnosa keperawatan diakhiri dengan evaluasi. Tahapan asuhan keperawatan tersebut kami tampikan dalam uraian di bawah ini.
Setelah didapatkan data berdasarkan pengkajian di atas, data tersebut dianalisis. Selanjutnya semua masalah yang ditemukan dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Selanjutnya dibuat rencana untuk mengatasi masalah sesuai diagnosa keperawatan. Setelah intervensi dilakukan, evaluasi untuk menilai sejauh mana keberhasilan intervensi yang dilakukan. Untuk mempermudah pemahaman tahapan asuhan keperawatan (askep) bayi ikterus dimulai dari diagnosa keperawatan diakhiri dengan evaluasi. Tahapan asuhan keperawatan tersebut kami tampikan dalam uraian di bawah ini.
Diagnosa keperawatan
1. Potesial cedera kernikterus yang berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin.
2. Potensial kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan terapi sinar.
3. Diare yang berhubungan dengan terapi sinar.
4. Potensial ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan transfusi tukar.
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan ikterus dan diare
1. Potesial cedera kernikterus yang berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin.
2. Potensial kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan terapi sinar.
3. Diare yang berhubungan dengan terapi sinar.
4. Potensial ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan transfusi tukar.
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan ikterus dan diare
Intervensi
1. Observasi ikterus.
2. Lakukan pemeriksaan dengan bilirubin meter transkutan.
3. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
4. Berikan minum, dengan frekuensi sering, pantau asupan, bila perlu tingkatkan 25% dari kebutuhan normal pantau haluaran dan turgor kulit.
5. Laksanakan fototerapi sesuai anjuran.
6. Tidurkan bayi tanpa pakaian 20 cm di bawah lampu
7. Pasang penutup mata, tiap 4 jam matikan lampu lepaskan penutup mata untuk memantau kondisi mata dan memberi rangsangan visual.
8. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu inkubator.
9. Pantau area bokong dan feses.
10. Upayakan kulit selalu bersih dan kering, catat warna dan kondisi kulit tiap 8 jam dan pada saat perawatan
11. Ubah posisi tiap 2 jam
12. Berikan orang tua kesempatan untuk berinteraksi.
13. Siapkan bayi untuk transfusi tukar.
14. Bantu pemasukan kateter.
15. Bantu pengumpulan contoh darah.
16. Periksa kembali hasil pemeriksaan tipe darah.
17. Hangarkan darah sesuai prosedur.
1. Observasi ikterus.
2. Lakukan pemeriksaan dengan bilirubin meter transkutan.
3. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
4. Berikan minum, dengan frekuensi sering, pantau asupan, bila perlu tingkatkan 25% dari kebutuhan normal pantau haluaran dan turgor kulit.
5. Laksanakan fototerapi sesuai anjuran.
6. Tidurkan bayi tanpa pakaian 20 cm di bawah lampu
7. Pasang penutup mata, tiap 4 jam matikan lampu lepaskan penutup mata untuk memantau kondisi mata dan memberi rangsangan visual.
8. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu inkubator.
9. Pantau area bokong dan feses.
10. Upayakan kulit selalu bersih dan kering, catat warna dan kondisi kulit tiap 8 jam dan pada saat perawatan
11. Ubah posisi tiap 2 jam
12. Berikan orang tua kesempatan untuk berinteraksi.
13. Siapkan bayi untuk transfusi tukar.
14. Bantu pemasukan kateter.
15. Bantu pengumpulan contoh darah.
16. Periksa kembali hasil pemeriksaan tipe darah.
17. Hangarkan darah sesuai prosedur.
Evaluasi
1. Tidak terjadi kernikterus pada nenonatus.
2. Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal.
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara.
4. Integritas kulit baik/utuh.
5. Bayi menunjukkan partisipasi terhadap rangsangan visual.
6. Terjalin interaksi bayi dan orang tua.
1. Tidak terjadi kernikterus pada nenonatus.
2. Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal.
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara.
4. Integritas kulit baik/utuh.
5. Bayi menunjukkan partisipasi terhadap rangsangan visual.
6. Terjalin interaksi bayi dan orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar